Gawai: Pisau Bermata Dua
Alhamdulillah suasana semakin kondusif. Siswa dapat kembali belajar di sekolah bersama guru dan teman-temannya. Studi lapangan pun banyak dilaksanakan oleh sekolah-sekolah sebagai upaya pembelajaran langsung di lapangan. Walaupun masih menggunakan masker dan tetap harus menjaga kebersihan serta protokol kesehatan, siswa merasa sangat bahagia. Dengan belajar langsung di kelas dengan proses pembimbingan kemajuan sedikit demi sedikit terlihat.
Hal yang sama pun dirasakan oleh guru, lebih mudah membimbing dan membangkitkan semangat siswa untuk tidak lelah belajar. Sebagaimana diketahui, pembelajaran daring menyisakan “penyakit” pada siswa, yaitu ketergantungan terhadap gawai. Gawai laksana pisau bermata dua bagi siswa. Siswa lebih banyak bereuforia dalam penggunaan gawai (telepon genggam ataupun laptop). Waktu yang dibutuhkan siswa untuk belajar dibandingkan waktu ngegame terjadi ketidakseimbangan. Siswa menjadi sulit untuk lepas dari gawainya.
Kondisi ini dipicu oleh tidak adanya bekal bagi siswa sebelumnya. Semuanya instant dan tiba-tiba. Oleh karena itu, perlu penataan kembali agar gawai dapat dimanfaatkan dengan maksimal oleh siswa. Siswa semakin semangat belajar, bisa memilah hal-hal yang patut untuk dipelajari dan diunggah atau tidak, semakin berprestasi. Kehadiran gawai bukan jadi penghambat maju melainkan senjata untuknya bangkit dan meraih puncak prestasi.