Kreasi Pantun dari Teks Narasi
Pantun sebagai salah satu bentuk puisi rakyat. Dalam pembelajaran, saya meminta anak-anak untuk membuat sebuah pantun dari teks narasi yang saya berikan. Alhamdulillah, kreasi anak-anak luar biasa. Narasi teks saya jadikan stimulus anak-anak untuk menuangkan idenya sehingga tidak ada kata mengalami kebuntuan ide.
Legenda Danau Lipan
Negeri Muara Kaman diperintah oleh seorang ratu yang bernama Ratu Aji Bidara Putih. Sudah banyak raja, pangeran, dan bangsawan yang ingin mempersuntingnya, namun selalu ditolak.
Suatu hari, sebuah kapal besar dari negeri Tiongkok berlabuh di Muara Kaman. Kapal itu milik seorang pangeran kaya di Tiongkok. Tujuan kedatangannya adalah meminang Ratu Aji Bidara Putih.
Sang Pangeran membawa banyak cendera mata mewah dari emas. Semua itu untuk Ratu Aji Bidara Putih. Sambil memberikan cendera mata, mereka menyampaikan pinangan kepada Ratu Aji Bidara Putih.
Kali ini, sang Ratu tidak langsung menolak. Namun, ia meminta waktu untuk berpikir. Kemudian, para utusan kembali ke kapal. Setelah para utusan pergi, ia memanggil punggawa kepercayaannya.
“Paman, nanti malam selidikilah pangeran itu,” perintah sang Ratu.
Malamnya, Si Punggawa melaksanakan perintah Sang Ratu. Ia menaiki kapal. Dengan waspada, ia menghindari para penjaga. Sampai akhirnya, ia berhasil menemukan bilik Sang Pangeran.
Bilik itu masih terang, tanda Sang Pangeran belum tidur. Si Punggawa mengintip ke dalam. Saat itu, Sang Pangeran sedang berbincang dengan salah seorang prajuritnya. Rupanya, Sang Pangeran hendak menaklukkan Muara Kaman dengan pura-pura menikahi Sang Ratu. Mendengar berita mengejutkan itu, Si Punggawa bergegas pergi untuk secepatnya memberi tahu junjungannya.
“Kau jangan mengada-ada, Paman,” tegur Ratu setelah mendengar laporan Si Punggawa.
“Saya tidak mengada-ada! Pembicaraan mereka sangat jelas,” jawab si Punggawa. “Pangeran itu berniat buruk.”
Paginya, utusan Sang Pangeran kembali datang untuk meminta jawaban. Sang Ratu segera menolak mentah-mentah lamaran tersebut. Sang Pangeran amat murka, ia segera memerintahkan prajuritnya untuk menyerang Muara Kaman.
Para prajurit Muara Kaman terdesak. Para prajurit sang Pangeran pun makin dekat dengan istana. Sang Ratu mencoba untuk tetap tenang. Setelahnya, ia mengucapkan doa sambil mengunyah sirih. Kemudian, kunyahan itu dilemparkan ke arena pertempuran.
Tiba-tiba, sirih itu berubah menjadi lipan-lipan raksasa yang amat banyak. Lipan-lipan itu menyerang para prajurit Sang Pangeran. Para prajurit itu menjadi ketakutan dan berlarian ke kapal. Tetapi lipan-lipan itu tidak berhenti menyerbu. Lipan-lipan itu membalikkan kapal hingga tenggelam. Kini, tempat bekas tenggelamnya kapal itu oleh penduduk Muara Kaman disebut Danau Lipan.
Sumber;
https://pusmenjar.kemdikbud.go.id/akm/
Hasilnya bagaimana? Sangat luar biasa! Berikut kutipan pantun anak didik saya.
Siang-siang makan jeruk
Makan bersama kakak dan adik
Jika kamu sudah berniat buruk
Maka tak akan dapat hasil yang baik
Jalan ke rawa bertemu itik
Duduk di tepi minum kopi tubruk
Berperilakulah yang baik
Agar terhindar dari hal buruk
Berlari sampai tersaruk-saruk
Mengejar pesawat ke Amerika
Jangan pernah kita berniat buruk
Pasti berakhir dengan celaka
Hari senin makan jeruk
Besoknya minum buavita
Jika kita berniat buruk
Nantinya akan merugikan kita
Jalan-jalan ke Kota Malang
Pulangnya naik kereta
Jika ingin menikahi seseorang
Janganlah hanya memandang harta
Kalau engkau membeli kipas
Jangan lupa mengajak sahabat
Yang jahat pasti terbalas
Sengsara di dunia dan akhirat
Pergi ke kebun memetik jeruk
Manis sekali rasa buahnya
Janganlah kamu berprilaku buruk
Karena celaka akibatnya
Jalan-jalan ke rumah orang
Bersilaturahmi saya lakukan
Janganlah berbuat curang
Agar tidak merugikan seseorang
Jalan-jalan membeli kalung
Sungguh senang saya rasakan
Jangan pernah memanfaatkan orang
Jika berdusta kalian lakukan
jalan jalan ke surabaya
jangan lupa beli nanas
janganlah engkau berdusta
jika tidak ingin kena imbas
Kapal datang membawa pangeran
Tidak lupa cendera mata
Janganlah serakah akan kekuasaan
Karena keserakahan membawa petaka
Jalan jalan ke museum cagar
Memandang lukisan artistik
Jangan melihat orang dari luar
Karena dalamnya belum tentu baik
Jalan-jalan pagi bersama Ibu
Menginjak kayu yang begitu rentan
Janganlah engkau hendak menipu
Karena nanti tentu ada balasan
pagi hari harimau mengamuk
kelinci berlarian sampai berkeringat
janganlah kamu memiliki niat buruk
karena balasannya begitu berat
ke pasar membeli apel merah
untuk diberikan kepada paman
janganlah engaku mudah marah
bila tidak ingin ada pertengkaran