Memaknai Sekolah dan Belajar Saat Pandemi
Alhamdulilllah, berangsur-angsur kondisi semakin membaik. Kasus Covid-19 trendnya menurun. Meskipun begitu kita harus tetap waspada dan menerapkan protokol kesehatan dengan ketat untuk antisipasi munculnya varian baru. Sekolah-sekolah di Indonesia sudah memulai aktivitas pembelajaran tatap muka walaupun terbatas. Kapasitas siswa dan durasi pembelajaran di sekolah tidak bisa seperti dulu. Namun, itu patut kita syukuri. Anak-anak kembali beradaptasi belajar dengan tetap menjaga protokol kesehatan. Tidak seperti saat sebelum pandemi, yang serba bebas saat berinteraksi.
Kekhawatiran kita dalam masa pandemi ini yaitu terjadinya hilangnya pembelajaran (loss learning). Keterbatasan sarana dan prasarana sekolah dan siswa di rumah bisa menjadi penghalang hilanglah sekolah (loss schooling). Anak tidak bisa sekolah bersama-sama lagi. Akan tetapi yang terpenting anak-anak tetap belajar. Tidak bertemu di sekolah dan di dunia maya tidak lagi menjadi masalah yang luar biasa, asalkan anak-anak terus belajar. Sekolah, keluarga, dan lingkungan merupakan tempat belajar bagi anak-anak.
Pembelajaran kepada anak-anak hari ini bukan sekadar melatihkan soal-soal pilihan ganda semata. Tetapi bagaimana para guru mengajak anak belajar memahami fenomena dan konteks yang ada di sekitarnya. Membelajarkan anak menemukan solusi, memecahkan masalah sehingga anak-anak menjadi generasi yang tangguh dan berpikiran kritis. Bagaimana materi-materi sekolah bisa diterapkan langsung dalam kehidupannya sehari-hari. Guru selalu mengaitkan apa yang disampaikan dengan kejadian nyata. Dengan demikian, pembelajaran akan semakin bermakna. Anak tidak sekadar pandai menghafal dan mengerjakan soal pilihan ganda.
Bertemu atau tidak, anak-anak dengan teman-temannya, proses belajar harus selalu ada. Itulah yang harus ditanamkan dan dikuatkan kepada anak-anak. Mereka disiapkan menjadi generasi pembelajar. Belajar itu tidak harus selalu di sekolah, duduk di kursi, mendengarkan guru menyampaikan materi. Pandangan sempit seperti inilah yang harus diubah. Semoga dengan langkah kecil ini, anak-anak Indonesia mampu sejajar dengan anak-anak di dunia. Allahu Akbar!