Metode Menanyakan Sesuatu yang Dianggap Tabu

Beberapa langkah yang dilakukan oleh rosul agar sahabat tidak merasa malu bertanya dan bagi pendengar tidak merasa risih (tabu) maka rosul mengambil langkah-langkah berikut:

  1. pengantar
  2. bahasa yang halus (konotasi)
  3. Mengajarkan dengan lugas dan jelas (secara langsung) berkaitan sesuatu yang ditanyakan. Hadist yang Ummu Sulaima, ibu annas Bin Malik, tetangga istri nabi (Ummu Salama). Saat bercengkerama, tidak menyia-nyiakan waktu itu maka ibu Annas Bin Malik ini bertanya kepada rosulullah. “Ya rasul itu sesungguhnya sesuatu yang tidak malu untuk sesuatu yang hak, (ini merupakan pengantar Ibu Annas Bin Malik) sebelum melanjutkan pertanyaannya)”. Selanjutnya, apakah wanita diwajibkan mandi saat berhubungan, Jawab Nabi Iya, jika melihat air mani yang keluar. Ummu Salama mendengar itu malu lalu menutup matanya. Namun Beliau selanjutnya bertanya kepada Nabi, apakah perempuan bisa ikhtilam? Iya Wanita itu bisa ikhtilam. Ketika seorang anak yang memiliki kemiripan orangtua karena ada kontribusi dari ibu dan ayahnya.

Pada dialog tersebut, Ikhtilam jika melakukan hubungan suami istri. jika keluar air maninya baru wajib mandi, akan tetapi jika tidak terlihat air mani maka tidak wajib mandi. Ummu Sulaim ini mendapat apresiasi dari rosulullah karena keberaniannya bertanya. Ummu Sulaim maju satu langkah dibanding perempuan lainnya. Padahal sebenarnya diakui oleh Ummu Sulaim bahwa sebenarnya dia malu bertanya tentang hal itu.

Seyogyanya sebagai manusia, jika menjumpai kesulitan maka jangan sampai malu bertanya untuk urusan akhirat. Sesungguhnya malu itu sesuatu sifat yang baik, sehingga tak mungkin muncul bagi sesuatu yang buruk. Artinya, kita tidak perlu malu untuk mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

Diperbolehkan wanita meminta fatwa untuk urusannya sendiri, akan tetapi harus dilihat ketika meminta fatwa dia harus menjaga adab, memiliki semangat menuntut ilmu/informasi berkaitan kewanitaannya. Dalam pembelajaran, penyampain informasi dan penjelasan harus benar-benar bisa dipahami dengan baik oleh anak-anak. Wahai Aisyah, aku mau bertanya tapi malu. “Bertanyalah sesungguhnya aku ini ibumu?” jawab Aisyah.  “Kapankah kita wajib mandi?” Ketika berhubungan badan atau saat keluarnya mani? tanyanya.  “Keduanya wajib mandi,” jawab Aisyah.

Pertanyaan Ali kepada Nabi Muhammad, aku ini lelaki yang mudah mengeluarkan madi. Aku mau bertanya karena Fatimah anak Nabi. Ali meminta kepada sahabatnya menyampaikan kepada Nabi. Saat itu nabi menjawab, tidak perlu mandi, cukup membersihkan zakarnya dan berwudhu. Berdasarkan cara Ali menyampaikan pertanyaan bisa diambil hikmahnya, yakni bisa diwakilkan bertanya kepada oranglain dengan catatan orang yang mewakili ini amanah. Orang tersebut bisa menyampaikan maksudnya dengan benar serta menangkap jawaban dengan benar pula. hikmah kedua, menjaga hubungan kekeluargaan itu sangat penting (Ali dan rosul) jangan sampai mengurangi keharmonisan dengan keluarga (pada Fatimah dan rosul). Hikmah ketiga, semangat yang dimiliki para sahabat untuk mencari informasi tentang syariat dan hukum kesucian (thaharah) ini sangat luar biasa. Agama islam ini penuh kemudahan dan kasih sayang, memberikan keringanan yang luar biasa. Ali tadi, karena ragu saat itu setiap mengeluarkan madi Ali sering mandi, dan akhirnya dia bertanya. Jika mandi terus apalagi saat musim dingin maka akan kasihan. Inilah wujud kasih sayangnya agama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *